*_Yuk, Hadiri Kajian Sabtu-Ahad (KASAD) bersama para Ustadz.._*✨
*Masjid Baitul Haq – Puri Gading*
🗓️ *Sabtu, 27 Januari 2024 / 15 Rajab 1445 H*
🎯 *Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz 29 : Surat Al-Haqqoh (bag. 3)*
🎙️ *Pembicara : Ust. Muhammadun Abdul Hamid, Lc., MA.*
======= =======
🗓️ *Ahad, 28 Januari 2024 / 16 Rajab 1445 H*
🎯 *Kajian Tsaqofah Islamiyah : Hikmah Dibalik Ujian*
🎙️ *Pembicara : Ust. Dr. Achmad Annuri, MA.*
=======
🕔 *Ba’da Shubuh Pkl. 04.45 WIB – Selesai*
📌 *Masjid Baitul Haq – Puri Gading*
📱 *Gabung Live Streaming :*
YouTube :
bit.ly/YouTube_MasjidBaitulHaq
*Social Media*
Facebook :
bit.ly/Facebook_MasjidBaitulHaq
Instagram :
bit.ly/Instagram_MasjidBaitulHaq
*Contact us*
Email :
hu***@ma***********************.com
WhatsApp Center :
+62852-1327-4473
*Website*
______________________________
*DKM Baitul Haq, Puri Gading*
_Jl. Puri Gading Raya, Jatimelati, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat – Indonesia_
Kajian Tsaqofah Islamiyah : Hikmah Dibalik Ujian
.Pembicara : Ust. Dr. Achmad Annuri,
- Definisi Ujian (Ibtila’)
- Ibtila’ adalah ujian yang secara bahasa berarti ikhtibar (penyelidikan) dan imtihan (percobaan), baik berupa kesulitan maupun kesenangan, kebaikan maupun keburukan.
- Allah memberikan ujian kepada manusia dengan tujuan menguji siapa hamba-Nya yang bersyukur atas ujian nikmat yang diperoleh dan siapa yang bersabar atas kesulitan yang menimpanya, agar diketahui siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalnya.
- Allah SWT berfirman :
QS Al Mulk : 67 : 2 juz 29 h.562
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ ۙ
alladżii kḣolaqol-mauta wal-ḥayaata liyab•luwakum ayyukum aḥsanu ′amalaa‚ wa Huwal-′aziizul-ghofuuuur
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun
ۨ• Firman-Nya dalam Surat Al-Anbiya ayat 35
QS: 21 h.324
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
kullu nafsin dżaaaaa-iqotul-mauut‚ wa nab•luukum~ bišy-šyarri wal-kḣoiri fitnaH‚ wa ilainaa turja′uuuun
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
- Fungsi Ujian (Ibtila’)
PERTAMA, HUSNUZH ZHON KEPADA ALLAH.
- Berbaik sangka kepada Allah SWT dalam segala situasi, adalah ibadah hati yang sangat mulia. Belum sempurna iman seorang hamba kepada Allah SWT kalau dia tidak berbaik sangka kepadaNya. Dengan berbaik sangka kepada Allah SWT, seorang hamba justru mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Dan persangkaan yang baik itu menggiringnya untuk beramal dan mendekatkan diri kepadaNya.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
“Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat- Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”
(HR bukhari Muslim).
- Ujian adalah sebuah kemestian, maka kita selaku orang beriman mesti menjalaninya dengan pemahaman yang benar. Agar kemudian kita menjadi “lulus” dari ujian tersebut dan mengalami kenaikan kelas di sisi Allah.
- Ujian dan peringatan yang diberikan oleh Allah adalah untuk kepentingan hamba-hambaNya, agar mereka tersadar dan kembali kepadaNya. Allah Ta’alaa berfirman:
QS: 21 h.324
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
kullu nafsin dżaaaaa-iqotul-mauut‚ wa nab•luukum~ bišy-šyarri wal-kḣoiri fitnaH‚ wa ilainaa turja′uuuun
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
(QS Al Anbiya: 35)
KEDUA, IBTILA’ ADALAH KONSEKWENSI IMAN.
- Tidak ada iman tanpa ujian. Bila seseorang mengaku beriman, maka ia akan diuji. Apakah keimanan itu benar adanya atau hanya pura-pura, maka ujianlah yang akan menyingkapnya. Allah SWT tidak akan membiarkan klaim manusia apalagi pencitraan.
QS Al ankabut : 29 : 2 h.396
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
a ḥasiban~naasu ay yutrokuuuuu ay yaquuluuuuu aaman~naa wa Hum laa yuftanuuuun
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?
QS: 29 : 3 h.396
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
wa laqod fatan~nalladżiina minḡ~ qob•liHim fa laya′laman~nallooHulladżiina ṣhodaquu walaya′laman~nal-kaadżibiiiin
Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al Ankabut: 2-3).
Karena ujian merupakan konsekwensi iman, maka semakin meningkat keimanan seseorang, semakin berat ujiannya. Dan bila tipis keimanan seseorang maka ringan ujiannya. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian yang setelahnya, kemudian yang setelahnya. Sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya.”
(HR Tirmidzi).
KETIGA, IBTILA’ ITU PENYARINGAN.
- Dengan menurunkan ujian dan cobaan, Allah SWT sedang menyaring (tamhish) manusia. Sehingga terlihatlah mana yang sabar dan mana yang suka berkeluh kesah, mana yang jujur dan mana yang munafiq, serta terpisahlah antara yang baik dengan yang buruk.
Allah Ta’alaa berfirman:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).”
(QS Ali Imran: 179)
QS: 3 h.73
مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
maa kaanallooHu liyadżarol-mu`miniina ′alaa maaaaa an^tum ′alaiHi ḥattaa yamiizal-kḣobiitṡa minaṭh-ṭhoyyib•‚ wa maa kaanallooHu liyuṭh•li′akum ′alal-ghoibi wa laakin~nallooHa yaj•tabii mir rusuliHii may yašyaaaaa-u fa aaminuu billaaHi wa rusuliH‚ wa in^ tu`minuu wa tattaquu fa lakum aj•run ′aẓhiiiim
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.
Beberapa hikmah yang bisa kita petik dari ujian (ibtila’)
yang Allah berikan kepada kita, yaitu:
- Realisasi penghambaan kepada Allah
Suhanahu wa ta’ala
QS: 22 : 11 h.333
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍ ۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَـَٔنَّ بِهٖ ۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖ ۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَ ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ
wa minan~naasi may ya′budullooHa ′alaa ḥarf‚ fa in aṣhoobaHuu kḣoiruniṭh•ma-an~na biH‚ wa in aṣhoobat-Hu fitnatuninḡ~qolaba ′alaa waj-HiH‚ kḣosirod-dun-yaa wal-aakḣiroH‚ dżaalika Huwal-kḣusroonul-mubiiiin
Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
[Al-Hajj/22: 11]
- Dalam rangka mempersiapkan orang-orang mukmin untuk mendapatkan kedudukan di muka bumi
Ditanyakan kepada Imam Syafi’I rahimahullah,
“Manakah yang lebih utama, sabar, cobaan atau kedudukan”:
Maka beliau menjawab,
“Kedudukan adalah derajat para Nabi, dan tidak akan mendapatkan kedudukan kecuali setelah mendapatkan ujian. Kalau dia mendapatkan cobaan (ujian), maka dia akan bersabar. Kalau dia bersabar, maka dia akan mendapatkan kedudukan.”
- Sebagai penebus dosa-dosa
“Dan dari Anas radhiallahunahu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba- Nya, maka akan disegerakan hukuman baginya di dunia. Ketika Allah menginginkan seorang hamba-Nya kejelekan, maka (Allah) tahan dengan dosa-dosanya, sampai nanti hari kiamat akan mendapatkan balasannya.”
[HR. Tirmidzi, (2396) dan dinyatakan shahih oleh Albani di Silsilah Shahihah, (1220)]
- Mendapatkan pahala dan diangkat derajatnya
Diriwayatkan oleh Muslim, (2572) dari Aisyah radhiallahunha
berkata, Rasulullah sallallahu alaihiwa sallam bersabda:
“Apa yang menimpa sorang mukmin dari duri dan yang lebih besar lagi melainkan Allah akan mengangkat derajat untuknya atau menghilangkan dosa baginya.”
- Kesempatan untuk berfikir
Ujian adalah kesempatan untuk berfikir tentang aib-aib, aib pada dirinya dan kesalahan pada masa lalu.
Karena kalau itu merupakan siksaan, dimanakah letak kesalahannya?
- Pelajaran tauhid, keimanan dan tawakal.
Ibnu Qoyyim berkata,
“Kalau sekiranya Allah subhanahu mengobati hamba-Nya dengan cobaan dan ujian, maka mereka pasti melampaui batas dan menderita. Allah subhanahu ketika menginginkan hamba- Nya suatu kebaikan, maka akan diberi obat-obatan dengan cobaan dan ujian sesuai dengan kadar kondisinya. Yang dapat menghilangkan penyakit-penyakit yang membinasakan. Sampai ketika sudah dibersihkan dan dicuci dan layak mendapatkan posisi yang mulia di dunia yaitu penghambahan (ubudiyah) kepada-Nya. Dan mendapatkan pahala tertinggi di akhirat yaitu melihat dan dekat kepada Allah.” Zadul Ma’ad, (4/195)
- Membersihkan sifat sombong dari diri seseorang dan menjadikan lebih dekat kepada Allah
Terkait dengan firman Allah ta’ala:
“…dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu) [At-Taubah/9: 25].
QS: 9 h.190
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍ ۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَ ۚ
laqod naṣhorokumullooHu fii mawaaṭhina katṡiirotiw wa yauma ḥunainin idż a′jabatkum katṡrotukum fa lam tughni ′anḡ~kum šyai-aw wa ḍhooqot ′alaikumul-arḍhu bimaa roḥubat tṡum~ma wallaitum~ mud•biriiiin
Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.
Ibnu Qosyyim dalam Zadul Ma’ad, (3/477) mengatakan,
“Adanya hikmah dari Allah subhanahu agar umat Islam merasakan kegetiran kekalahan dan cerai berai padahal jumlah pasukan dan persenjataan lebih banyak serta lebih kuat agar kepalanya tertunduk diangkat dengan kemenangan. Tidak dapat masuk negara dan kemuliaannya sebagaimana Rasulullah sallallahualaihi wasallm masuk dalam kondisi menundukkan kepalanya disisi kudanya sampai dagunya hampir mengenai pelananya karena tawadhu; kepada Tuhannya. Khudu’ akan keagungan-Nya dan ketenangan akan kemuliaan-Nya.
- Menampakan hakikat dan kebaikan seseoranag
Karena disana ada orang yang belum diketahui keutamaannya kecuali dalam ujian.
Fudhoil bin Iyad mengatakan,
“Orang ketika dalam kesehatan masih tersembunyi, ketika tertimpa ujian, maka mereka akan kelihatan hakekat sebenarnya. Sehingga orang mukmin akan kelihatan keimanannya sementara orang munafik kelihatan kenifakannya.”
- Mendidik suatu generasi dan setelahnya
Allah telah memilih nabi-Nya hidup dalam kesusahan yang diperoleh dengan penuh perjuangan. Sejak kecil dipersiapkan untuk menghadapi tugas nan agung yang telah menunggunya dimana tidak mungkin sabar kecuali genarasi yang kuat. Tegar dalam menghadapi kesusahan, dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tumbuh dalam kondisi yatim (ditinggal wafat ayahnya). Tidak berapa lama, kemudian ibunya meninggal dunia juga. Allah subahanahu wata’ala mengingatkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam akan hal ini seraya berfirman:
“Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu).”
[Ad-Dhuha/93 :6].
QS: 93 h.596
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰى ۖ
a lam yajid•ka yatiiman^ fa aawaa
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),
- Membedakan antara teman yang sejati dan teman yang memanfaatkan saja
Diantara hikmah ujian dan cobaan ini bahwa seseorang dapat membedakan antara teman yang sejati dan teman yang memanfaatkan saja.
Sebagaimana perkataan syair:
Semoga Allah membalas kesulitan dengan semua kebaikan
Bahkan jika itu menutupi dari kemuliaanku
Saya berterima kasih padanya hanya
Karena saya mengetahui musuh saya dari temannya
- Ujian mengingatkan kita dosa-dosa kita agar bertaubat darinya
Allah Azza wa Jalla berfirman:
QS: 4 h.90
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
maaaaa aṣhoobaka min ḥasanatin^ fa minallooHi wa maaaaa aṣhoobaka min^ sayyi-atin^ fa min nafsik‚ wa arsalnaaka lin~naasi rosuulaa‚ wa kafaa billaaHi šyaHiidaa
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.
[An-Nisa’/4: 79]
Dan firman Allah Ta’ala:
QS: 42 h.486
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ۗ
wa maaaaa aṣhoobakum~ mim~ muṣhiibatin^ fa bimaa kasabat aidiikum wa ya′fuu ′anḡ~ katṡiiiir
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
[As-Syura/42: 30].
- Ujian dapat menyingkap kepada kita hakekat dunia dan tipuannya dan ia hanya kesenangan yang melalaikan
Bahwa kehidupan yang benar dan sempurna berada dibelakang dunia ini adalah kehidupan tidak ada sakit dan Lelah.
QS: 29 h.404
وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
wa maa HaadżiHil-ḥayaatud-dun-yaaaaa illaa laHwuw wa la′ib•‚ wa in~nad-daarol-aakḣirota laHiyal-ḥayawaan‚ lau kaanuu ya′lamuuuun
Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
[Al-Ankabut/29: 64]
Sementara dunia ini adalah kesusahan, keletihan dan kegundahan.
QS: 90 h.594
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ ۗ
laqod kḣolaq•nal-in^saana fii kabad•
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
- Ujian mengingatkan kita akan kelebihan akan nikmat Allah kepada kita berupa kesehatan dan kesejahteraan
Sesungguhnya musibah ini membuka anda akan penjelasan yang gamblang akan makna sehat dan sejahtera dimana anda telah menikmatinya dalam jangka waktu yang lama. Dimana anda belum menikmati kelezatannya dan belum merasakan kadarnya dengan sebenarnya.
Dan musibah mengingatkan anda kepada pemberi nikmat dan kenikmatan-kenikmatan (dari-Nya). Sehingga hal itu menjadi sebab bersyukur kepada Allah SWT atas kenikmatan dari-Nya semata.
- Rindu akan surga.
Tidak akan rindu terhadap surga selagi belum merasakan kegetiran dunia. Bagaimana anda bisa rindu kepada surga sementara anda menikmati dunia?
Link YouTube :
Link Instagram :
https://www.instagram.com/masjidbaitulhaqpurigading/live/17913037883864169